Studi terbaru Marine Stewarship Council (MSC) menunjukkan peningkatan kesadaran publik di berbagai belahan dunia mengenai masa depan lautan, bersamaan dengan bertambahnya perubahaan motivasi belanja yang dapat menjadi jawaban dari ancaman bagi masa depan laut kita.
Survei independen tentang sikap terhadap makanan laut dan kesehatan laut – yang dilakukan oleh GlobeScan di 23 negara dan melibatkan 25.000 orang – adalah yang terbesar dari jenisnya di dunia. Studi ini menemukan bahwa hampir 90% responden khawatir tentang keadaan lautan, dengan Portugis, Korea Selatan dan Prancis yang paling khawatir serta responden Tiongkok, Polandia, Singapura dan Afrika Selatan yang paling optimis.
Kekhawatiran paling tinggi terhadap masalah di lautan antara lain polusi (65%), penangkapan ikan berlebihan (44%), dan perubahan iklim (37%). Dengan lebih dari sepertiga stok ikan dunia ditangkap secara berlebihan dan perubahan iklim mengubah ekosistem laut, survei yang dirilis pada Hari Laut Sedunia PBB ini menunjukkan konsumen lebih sadar dari sebelumnya tentang dampak pilihan mereka terhadap lautan.
Kekhawatiran paling tinggi terhadap masalah di lautan antara lain polusi (65%), penangkapan ikan berlebihan (44%), dan perubahan iklim (37%). Dengan lebih dari sepertiga stok ikan dunia ditangkap secara berlebihan dan perubahan iklim mengubah ekosistem laut, survei yang dirilis pada Hari Laut Sedunia PBB ini menunjukkan konsumen lebih sadar dari sebelumnya tentang dampak pilihan mereka terhadap lautan.
Di antara temuan utama dari riset ini, ditemukan adanya peningkatan tajam (8%) dari dua tahun lalu pada konsumen makanan laut atau seafood yang percaya bahwa pilihan mereka dapat membawa perubahan bagi kesehatan lautan. Hampir tiga perempat (73%) konsumen yang disurvei percaya bahwa kita harus makan makanan laut dari sumber yang berkelanjutan, naik dari 65% dibandingkan dengan 2 tahun lalu. Tiongkok, Jerman dan Swedia memimpin peringkat untuk negara-negara di mana konsumen mengatakan mereka telah mengubah pola makan mereka karena alasan lingkungan. Membeli makanan laut yang berkelanjutan adalah tindakan paling umum yang dikatakan konsumen makanan laut secara global telah mereka lakukan untuk melindungi lautan (24%), dengan usia 18-34 tahun lebih mungkin mengambil tindakan untuk melindungi lautan daripada konsumen yang lebih tua dilihat dari beberapa tahun ke belakang.
Secara global, alasan utama untuk melindungi lautan adalah bahwa lautan yang sehat diperlukan untuk kesehatan masa depan planet ini (63%). Alasain lain adalah untuk mencegah kepunahan satwa liar laut (60%). Sementara 51% mengatakan mereka ingin anak dan cucu mereka memiliki laut yang sehat.
Sementara itu, di pasar Singapura, negara responden terdekat dengan Indonesia, 86% responden dari Singapura mengkhawatirkan keadaan lautan. Kekhawatiran utama mereka adalah polusi (53%), perubahan iklim (45%) dan dampak kenaikan permukaan laut (34%). Di antara temuan-temuan utama, 70% orang Singapura percaya bahwa pilihan mereka dapat membawa perubahan positif bagi masa depan laut. Sementara 73% orang Singapura yang disurvei percaya bahwa orang harus makan makanan laut dari sumber yang berkelanjutan.
Rupert Howes, CEO MSC, mengatakan: “Ada kekhawatiran mendalam tentang masa depan lautan, tetapi pesan yang jelas dari survei global ini adalah semakin banyak orang yang menyadari bahwa pilihan mereka dalam memberi dapat membawa perubahan. Sangat penting bagi kita untuk bertindak sekarang untuk melindungi keanekaragaman hayati laut, dan persediaan makanan serta mata pencaharian yang bergantung padanya. Konsumen dan pasar adalah kekuatan yang kuat untuk perubahan, memberi penghargaan kepada para nelayan yang menangkap ikan di lautan kita secara berkelanjutan. Namun, mengingat skala tantangannya, penting bagi pemerintah untuk memainkan peran mereka, untuk memastikan bahwa perikanan di seluruh dunia dikelola secara berkelanjutan.”
Pada Hari Laut Sedunia 2022, MSC telah merilis serangkaian film pendek tentang penangkapan ikan yang berkelanjutan, menampilkan inovasi yang dilakukan oleh perikanan untuk membantu menjaga laut. Ini akan ditampilkan di 23 pasar di seluruh dunia pada Hari Laut Sedunia dan seterusnya. Cerita tentang penangkapan ikan berkelanjutan dalam bahasa Indonesia ada di sini. Bersiaplah untuk menjelajah laut MSC.
- Selesai -
Untuk pertanyaan media silakan hubungi:
Usmawati Anggita, Commercial Communication Officer, MSC
[email protected]
Mobile: +62 813 84515 698
Catatan untuk Para Editor:
● Survei ini dilakukan oleh konsultan penasihat dan wawasan global, GlobeScan, di total 23 pasar: Australia, Austria, Belgia, Kanada, Cina, Denmark, Finlandia, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Belanda, Norwegia, Polandia, Singapura, Afrika Selatan, Korea Selatan (baru pada 2022), Spanyol, Swedia, Swiss, Inggris, AS, dan Portugal. Sebanyak 25.869 konsumen disurvei di negara-negara ini antara 25 Januari dan 16 Maret 2022, termasuk 20.127 konsumen makanan laut.
● Rata-rata global yang dilaporkan didasarkan pada 23 pasar kecuali jika ada pernyataan lain. Untuk hasil global, setiap negara diberi bobot yang sama, terlepas dari ukuran sampelnya.
Marine Stewardship Council (MSC) adalah organisasi nirlaba internasional yang menetapkan standar berbasis sains yang diakui secara global untuk penangkapan ikan berkelanjutan dan rantai pasokan makanan laut. Program sertifikasi dan ekolabel MSC mengakui dan menghargai praktik penangkapan ikan yang berkelanjutan serta membantu membangun pasar makanan laut yang lebih berkelanjutan. Ini adalah satu-satunya program sertifikasi dan ekolabel perikanan tangkap alam yang memenuhi
persyaratan praktik terbaik yang ditetapkan oleh United Nations Food and Agriculture Organization (UNFAO) dan ISEAL, asosiasi keanggotaan global untuk standar keberlanjutan. Informasi lebih lanjut kunjungi msc.org atau kunjungi halaman media sosial kami.
19 Juni 2022